Profil Desa Patukrejo
Ketahui informasi secara rinci Desa Patukrejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Patukrejo, Bonorowo, Kebumen. Sebuah tinjauan komprehensif mengenai peran vital desa ini sebagai lumbung pangan, dinamika pertanian sawah irigasi teknis, serta potret ketangguhan masyarakat dalam menghadapi tantangan bencana banjir di dataran
-
Kawasan Lumbung Pangan
Merupakan bagian tak terpisahkan dari lumbung pangan di selatan Kebumen, dengan hamparan sawah beririgasi teknis yang menjadi aset ekonomi dan penopang utama kehidupan masyarakat.
-
Tantangan Hidrografis
Terletak di dataran rendah yang subur namun secara geografis sangat rentan terhadap bencana banjir luapan sungai, yang menjadi tantangan rutin dan membentuk karakter masyarakat yang adaptif.
-
Potensi Agribisnis Terpadu
Memiliki potensi besar untuk pengembangan agribisnis modern yang mengintegrasikan pertanian padi, perikanan darat, dan peternakan unggas (itik/entok) untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Berbeda dari lanskap perbukitan yang mendominasi sebagian besar wilayah Kebumen, Desa Patukrejo di Kecamatan Bonorowo adalah representasi dari anugerah kesuburan di dataran rendah. Dengan hamparan sawah hijau yang membentang luas sejauh mata memandang, desa ini merupakan salah satu pilar utama yang menopang status Kabupaten Kebumen sebagai lumbung pangan. Kehidupan di sini berdenyut selaras dengan ritme tanam dan panen padi, didukung oleh sistem irigasi modern. Namun di balik potensinya yang besar, terdapat tantangan abadi berupa ancaman banjir yang membentuk karakter masyarakatnya menjadi tangguh dan adaptif.
Geografi Dataran Rendah dan Anugerah Kesuburan
Secara etimologi, nama "Patukrejo" dapat diartikan sebagai "cangkul yang membawa kemakmuran" (Patuk: cangkul atau paruh, Rejo: makmur, ramai). Filosofi nama ini sangat selaras dengan identitas desa sebagai kantong pertanian yang produktif. Desa Patukrejo memiliki luas wilayah sekitar 1,88 kilometer persegi, seluruhnya berupa dataran rendah dengan elevasi hanya beberapa meter di atas permukaan laut. Topografi datar ini menjadikannya lahan yang ideal untuk pengembangan pertanian sawah skala luas.Batas-batas wilayah Desa Patukrejo meliputi:
Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Bonorowo
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Rowosari
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Mirit
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Tlogorejo
Lokasinya yang diapit oleh desa-desa agraris lainnya di Kecamatan Bonorowo memperkuat posisinya sebagai bagian integral dari zona pertanian intensif di selatan Kebumen. Jaringan sungai dan saluran irigasi menjadi urat nadi yang menghidupi lahan-lahan pertanian di desa ini.Berdasarkan data kependudukan per 25 Agustus 2025, Desa Patukrejo dihuni oleh 3.472 jiwa. Dengan luas wilayah 1,88 km², maka tingkat kepadatan penduduknya tergolong sangat tinggi, mencapai sekitar 1.847 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan yang tinggi ini mencerminkan produktivitas lahan yang mampu menopang kehidupan populasi yang besar dalam area yang relatif sempit.
Nadi Kehidupan: Pertanian Sawah Irigasi Teknis
Perekonomian dan kehidupan masyarakat Desa Patukrejo bertumpu hampir sepenuhnya pada sektor pertanian, khususnya budidaya padi sawah. Hamparan sawah di desa ini bukan merupakan sawah tadah hujan, melainkan sawah dengan sistem irigasi teknis yang mendapatkan pasokan air secara teratur dari jaringan irigasi pemerintah, salah satunya dari Saluran Induk Wadaslintang Timur. Ketersediaan air yang terjamin ini memungkinkan para petani untuk melakukan penanaman padi dua hingga tiga kali dalam setahun, menghasilkan produktivitas panen yang sangat tinggi.Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menjadi lembaga sosial-ekonomi yang paling vital di desa ini. Melalui lembaga inilah para petani berkoordinasi mengenai jadwal tanam, distribusi pupuk bersubsidi, penggunaan bibit unggul, hingga penanganan hama secara bersama-sama. Modernisasi pertanian sudah terlihat dari meluasnya penggunaan traktor untuk membajak sawah dan mesin combine harvester saat musim panen tiba, yang secara signifikan meningkatkan efisiensi kerja.Di sela-sela musim tanam padi, sebagian petani melakukan diversifikasi dengan menanam tanaman palawija seperti jagung, kedelai, dan kacang hijau. Praktik ini tidak hanya memberikan pendapatan tambahan, tetapi juga penting untuk memutus siklus hama dan menjaga kesehatan tanah.
Tantangan Abadi: Hidup Berdampingan dengan Banjir
Anugerah kesuburan tanah di dataran rendah Bonorowo datang sepaket dengan tantangan hidrografis yang berat, yaitu bencana banjir. Posisi Desa Patukrejo yang berada di dataran rendah dan dekat dengan aliran sungai besar membuatnya sangat rentan terhadap banjir luapan saat musim penghujan tiba. Curah hujan ekstrem di wilayah hulu dapat dengan cepat menaikkan debit air sungai, yang kemudian meluap dan menggenangi area persawahan serta pemukiman.Banjir menjadi risiko usaha yang harus dihadapi para petani setiap tahunnya. Genangan air yang terlalu lama dapat menyebabkan tanaman padi membusuk dan gagal panen (puso), yang berarti kerugian finansial yang sangat besar. Selain merusak tanaman, banjir juga kerap merusak infrastruktur desa seperti jalan dan jembatan, serta mengganggu aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.Menghadapi tantangan ini, masyarakat Desa Patukrejo telah mengembangkan kearifan lokal dan sistem adaptasi yang kuat. Mereka terbiasa dengan siklus banjir dan telah membangun rumah dengan fondasi yang lebih tinggi (rumah panggung). Secara komunal, mereka aktif dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan saluran air dan memperkuat tanggul-tanggul sungai. Pemerintah desa bersama dengan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) juga terus berupaya melakukan program mitigasi, seperti normalisasi sungai dan membangun sistem peringatan dini bencana banjir.
Potensi Agribisnis Terpadu: Lebih dari Sekadar Padi
Di luar dominasi tanaman padi, Desa Patukrejo menyimpan potensi besar untuk pengembangan agribisnis terpadu yang dapat meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat. Kondisi lingkungan yang berair sangat mendukung pengembangan sektor peternakan dan perikanan.Peternakan Unggas seperti itik dan entok (mentok) merupakan usaha yang sangat prospektif. Ketersediaan pakan alami dari area persawahan dan saluran irigasi membuat biaya pemeliharaan menjadi lebih efisien. Hasilnya, berupa telur dan daging, memiliki permintaan pasar yang stabil. Pengembangan usaha penetasan telur atau produksi telur asin secara massal dapat menjadi industri turunan yang menjanjikan.Perikanan Darat juga menjadi peluang yang menarik. Pemanfaatan pekarangan rumah untuk budidaya ikan lele atau nila dalam kolam terpal dapat menjadi sumber protein dan pendapatan tambahan bagi keluarga. Bahkan, sistem mina-padi, yaitu budidaya ikan di area sawah bersamaan dengan tanaman padi, dapat diimplementasikan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan air.Pengembangan industri pascapanen, seperti penggilingan padi modern skala desa atau pengolahan produk-produk turunan lainnya, akan memberikan nilai tambah yang signifikan dan membuka lebih banyak lapangan kerja di luar bertani secara langsung.
Kehidupan Sosial Petani Modern
Kehidupan sosial masyarakat Desa Patukrejo sangat komunal dan terstruktur di sekitar aktivitas pertanian. Tradisi seperti sedekah bumi sebagai wujud syukur atas hasil panen mungkin masih dilestarikan, berpadu dengan praktik-praktik pertanian modern. Interaksi sosial paling intens terjadi di dalam kelembagaan Kelompok Tani, di mana informasi, teknologi, dan kebijakan pertanian didiskusikan dan disebarluaskan.Infrastruktur jalan di desa ini relatif baik karena berada di medan yang datar, meskipun seringkali memerlukan perbaikan pascabanjir. Akses terhadap layanan pendidikan dasar dan kesehatan juga terbilang mudah. Semangat gotong royong tidak hanya terlihat dalam kegiatan pertanian, tetapi juga saat menghadapi bencana banjir, di mana warga saling bahu-membahu untuk evakuasi dan pemulihan.Visi pembangunan Desa Patukrejo di masa depan ialah bertransformasi dari sekadar desa produsen padi menjadi pusat agribisnis yang tangguh dan modern. Fokusnya adalah pada peningkatan produktivitas yang diimbangi dengan penguatan sistem mitigasi bencana, serta diversifikasi usaha tani untuk menciptakan ekonomi desa yang lebih stabil, sejahtera, dan tidak hanya bergantung pada satu komoditas.
